REBEL TANPA KAOS

Ditulis oleh Mohammad Rachmad Ibrahim, CV Pramu Ukir Digital


Pakaian Outwear Veteran Perang Dunia II

Pada era Perang Dunia II hingga Perang Korea, Kaos Oblong adalah pakaian identik tentara Amerika Serikat dan Inggris untuk bisa beradaptasi dengan cuaca panas di medan pertempuran.

Awalnya hanya digunakan sebagai pakaian dalam (underwear), kemudian karena jadwal latihan perang yang cukup padat. Pakaian underwear ini dijadikan pakaian (outwear) oleh para tentara dalam setiap latihan tempurnya.

Kepulangan para tentara kembali ke rumah mereka di tahun 1948, T-Shirt berukuran ¾ yang lazim mereka pakai di medan perang menjadi pakaian sehari-hari mereka di kampung halaman.

Sebab era itu tentara merupakan wajib militer, maka tidak semua tentara veteran Perang Dunia II melanjutkan karir mereka di ketentaraan. Banyak yang pensiun, lalu menjadi masyarakat sipil dan bekerja di berbagai sektor industri.

Namun kebiasaan berpakaian ini terus berlanjut di keseharian mereka dalam kehidupan masyarakat sipil. Sehingga T-Shirt diterima banyak kalangan bukan lagi sebagai pakaian underwear, namun sebagai pakaian outwear karena perspektif anti gerah di pabrik ala tentara veteran tersebut.

T-Shirt akhirnya menjadi pakaian umum untuk kelas pekerja (working class), bahkan tokoh-tokoh besar menggunakannya juga sebagai pakaian outwear seperti John F. Kennedy, Elvis Presley, hingga The Beatles.


Kaos atau Kaus

Kaos Oblong, dua kata ini entah bermakna frasa, atau dua kata yang saling padan.

Mencari kata asalnya, yakni T-Shirt atau Tee Shirt. Sejak 1920 produk ini umum digunakan sebagai pakaian lapisan dalam (underwear) oleh para pekerja tambang dan agrikultur, lalu Merriam-Webster memasukkan kata 'T-Shirt' ke dalam kamus mereka.

Namanya orang Indonesia, dengan metode cocoklogi, terbesit dalam pikiran yang paling awam.

Apakah secara penerjemahan T maknanya Oblong, dan Shirt maknanya Kaos ?

Mengapa harus diekori kata Oblong ?

Sehingga asumsi yang muncul, apa iya secara lughawi 'T-Shirt' dimaknai harfiah sebagai 'Kaos Oblong' ?

Belum banyak pihak yang meneliti asal-usul kata Kaos atau Kaus ini.

Karena mungkin para cendikiawan tidak tertantang atau berkebutuhan untuk melacak terma ini. Mungkin pembahasan politik dan kebijakan publik terasa lebih seru untuk dipergunjingkan.

Produk yang satu ini, jika diamati dari perkspektif industri periklanan (advertising industry). Kaos atau Kaus tidak sebatas kelengkapan sandang belaka.

Ketika tinta disematkan pada Kaos atau Kaus, produk ini menjelma menjadi media kampanye, alat komunikasi. Sebenarnya cukup penting untuk melacak asal-usulnya secara terminologi.

Media Kampanye

Kaos atau Kaus yang dibubuhi desain grafis, begitu efektif menyampaikan pesan dari pembuatnya ke khalayak luas. Apalagi di masa digital yang identik dengan penyebar-luasan gambar di sosial media, seorang figur KOL (Key Opinion Leader) mampu menyampaikan sebuah gagasan melalui satu jepretan foto dengan kampanye bernuansa typography atau simbol.

Terlebih lagi, ketika Kaos atau Kaus itu dibubuhi QR Code. Maka kampanye sablon sederhana itu bertransformasi menjadi penjelajalan komunikasi-informasi yang terhubung dengan sistem internet.


Baca juga:

Hindari Data Fallacies


Iklan Persona Giveaway

Tak heran, mengapa begitu banyak perusahaan yang enggan menggunakan jasa iklan media luar ruang seperti Billboard (5m x 10m), Baliho (4m x 6m), atau Videotron (2,7m x 5,4m) yang tersebar di perempatan jalan raya.

Ongkos membayar jasa media iklan luar ruang cukup mahal, apalagi di kondisi PPKM seperti ini. Segala macam cara digunakan untuk pengiritan biaya promosi.

Apakah perusahaan juga akan berusaha banting setir ke media digital seperti youtube, instagram atau facebook. Belum tentu, karena iklan di media internet membutuhkan strategi yang tidak biasa. Dan ongkosnya pun lambat laun ikut merangkak naik, mendekati media luar ruang.

Di sinilah Kaos atau Kaus menjadi solusi zero sum game, win-win solution. Biaya rendah, amplifikasi pesan kampanye maksimal. Seperti virus, media ini sanggup lalu-lalang antar kota antar provinsi, selama Kaos atau Kaus itu dipakai.

Jangkauannya melampaui fitur media luar ruang seperti Billboard, Baliho, Videotron. Bahkan bisa lebih unggul dibandingkan iklan di internet, karena Kaos atau Kaus tak butuh biaya internet bahkan infrastruktur kelistrikan.

Perusahaan produsen cukup mencetak ribuan kaos dalam ukuran all size. Lalu dibagi-bagikannya ke para customer saat membeli produknya di jumlah tertentu. Sebagai giveaway, merchandise, wujud ungkapan rasa terima kasih kepada para customer.

Gratisankah ? Tentu produsen jauh lebih piawai dalam menghitung break event point (titik impas). Itu semua sudah dihitung, masuk dalam komponen harga pokok penjualan. Makanya yang sering diberikan Kaos atau Kaus hanya pemilik toko grosir atau distributor.

Sering ya kita temui pemilik toko bangunan misalnya memakai Kaos atau Kaus bertuliskan produk cat tembok misalnya. Itu asli iklan, dalam persona giveaway.


Jadi Trend Dunia Karena Film

T-Shirt yang kita maknai sebagai Kaos Oblong. Lebih awal diperkenalkan oleh Marlon Brando di film A Streetcar Named Desire, yang tayang di tahun 1951.

Marlon Brando yang lebih dikenal publik sebagai Don Vito Corleone di Film Godfather. Kala mudanya di tahun 1950an, ia begitu ikonik memperkenalkan T-Shirt ke seluruh belahan dunia melalui media bioskop.

Sama seperti para veteran Perang Dunia II, T-Shirt dipakai Marlon Brando sebagai pakaian outwear untuk kalangan working class. Untuk memperlihatkan potret dari masyarakat biasa.

Berbeda dengan Marlon Brando, di film Rebel Without a Cause. T-Shirt dipakai sebagai trend fesyen yang lebih mutakhir.

Seorang pemuda berandal bernama Jim Stark, yang dulunya suka buat onar, ia migrasi ke kota baru dan menemukan teman dan musuh yang baru.

Untuk memberikan kesan berandalan pada karakter Jim Stark yang diperankan oleh James Dean, T-Shirt di film ini dipadu-padankan dengan jaket kulit dan gaya hidup free will (bebas berkehendak).

Barang yang sama, tapi merepresentasikan simbol yang berbeda.

Film yang berdurasi 111 menit, tayang di tahun 1955. Berjudul Rebel Without a Cause, disutradarai oleh Nicholas Ray. Berhasil menjadikan T-Shirt sebagai gaya hidup baru di seluruh dunia.


Baca juga:

Kok Belum Ada ?


Apakah Kaus (Kaos) Disadur dari Kata 'Cause' ?

Sebuah buku tulisan Zaenuddin H.M., berjudul 'Asal usul benda benda di sekitar kita tempo doeloe : dilengkapi foto-foto klasik yang membangkitkan nostalgia', terbit di tahun 2015.

Buku ini tidak merincikan tentang terminologi kata Kaos atau Kaus. Karena buku ini membahas banyak konten benda, sehingga wajar bila tidak begitu rinci mengulas terminologi Kaos atau Kaus.

Sebelum menyudahi tulisan sederhana ini, tersisa tanya yang masih belum terjawab yaitu; apakah Kaus atau Kaos adalah kata saduran dari bahasa Inggris yang diambil dari kata Cause di film Rebel Without a Cause ?

Semoga kelak ada tulisan lain yang bisa memperkaya, atau memberikan koreksi atas kekeliruan di tulisan sederhana ini.

Salam.

_______

Kintaka :

  1. https://spectrausa.net/t-shirt-history-part-2/

  2. https://www.merriam-webster.com/dictionary/T-shirt

  3. https://www.imdb.com/title/tt0048545/

  4. https://www.youtube.com/watch?v=sDFnYvKl1LU

  5. https://www.imdb.com/title/tt0044081/

  6. http://opac.lib.ugm.ac.id/index.php?mod=book_detail&sub=BookDetail&act=view&typ=htmlext&buku_id=720868&unit_id=1